Museum Kartini diresmikan pada tanggal 21 April 1977 oleh Bupati Jepara waktu itu yakni Sudikto, S.H. (1976-1981). Nama museum ini diambil dari nama pahlawan wanita kelahiran Jepara, pahlawan kemerdekaan sekaligus pejuang emansipasi wanita, Raden Ajeng Kartini.
Museum Kartini terletak di desa Panggang, Kecamatan Kota Jepara. Tepatnya di sebelah utara alun-alun Kabupaten Jepara.
Museum Kartini terbagi menjadi 4 ruangan besar yakni Ruang Kartini, Ruang Sosrokartono, Ruang Jepara Kuno, dan Ruang Kerajinan.
Di dalam ruang Kartini tersimpan benda-benda bersejarah peninggalan RA Kartini. Catatan riwayat perjalanan hidup beliau juga terdapat di sana. Mulai dari kisah kelahirannya di Mayong pada 21 April 1879, silsilah keluarga beliau, serta lukisan dan karya-karya RA Kartini semasa hidupnya.
Karya-karya tersebut berupa tulisan kata-kata mutiara dan curahan hati RA Kartini yang kemudian dirangkum menjadi sebuah buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Selain menulis, RA Kartini juga pernah membuat motif batik. Sayangnya motif batik karya RA Kartini, sekarang tidak dikembangkan lagi. Karakter seni dan budaya Jepara yang lebih kental deng-an seni ukir kayu adalah salah satu alasan batik karya RA Kartini tidak ada yang mewarisi.
Sementara ruang Sosrokartono menyimpan barang-barang peninggalan kakak kandung RA Kartini tersebut. Benda-benda tersebut didatangkan langsung dari Bandung setelah beliau meninggal. Di ruangan tersebut terdapat ruang tamu, ruang meditasi radio tempo dulu serta benda-benda antik lainnya.
Ruang ketiga, ruang Jepara Kuno, menyimpan benda-benda kuno bersejarah yang ditemukan di wilayah Kabupaten Jepara. Diantaranya adalah pistol, pedang, guci, dan piring keramik yang ditemukan di dasar laut. Selain itu terdapat pula jambangan atau tempat mandi anak kecil zaman dahulu yang ditemukan di desa Bangsri.
Yang paling menakjubkan di ruangan ini adalah keberadaan Ikan Jaka Tua. Ikan tersebut ditemukan di Karimun Jawa pada tahun 1989. Ikan yang berukuran tinggi 2 meter, lebar 4 meter dan panjang 12 meter tersebut terdampar di pantai Karimun Jawa dalam keadaan mati.
Ruangan terakhir di Museum Kartini adalah ruang kerajinan. Ruangan ini menyimpan contoh-contoh kerajinan yang ada di Kabupaten Jepara. Diantaranya ada alat penangkap ikan tradisonal, lukisan RA Kartini dari kulit kerang dan tempurungkelapa yang dibuat khusus oleh para mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES). Selain itu beberapa barang-barang karya seni ukir dari desa Tahunan dan Mulyoharjo juga banyak ditemukan di sana.
Keberadaan Museum Kartini tidak hanya sekedar sebagai obyek wisata, tempat menyim-pan benda-benda antik bersejarah. Lebih dari itu sebuah museum hakikatnya adalah salah satu media pem-belajaran, dimana dari sana kita akan dapat belajar dan menge-nal lebih jauh tentang sejarah dan budaya negeri sendiri sehingga akan tumbuh nasio-nalisme dan kecintaan kita pada bangsa Indonesia secara utuh.
Namun sangat disayangkan, sebagaimana yang terjadi di banyak museum di Indonesia, dimana keberadaannya kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Di Museum Kartini, yang meski tiket masuknya hanya Rp 1.500,00 tetapi bisa dikatakan sepi pengunjung. Mayoritas pengunjung adalah para pelajar. Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari pihak-pihak terkait agar masyarakat tertarik untuk berkunjung ke sana, karena bagaimanapun juga Museum Kartini adalah salah satu aset dan potensi Kabupaten Jepara yang harus terus kita lestarikan, sebagai wujud mencintai Jepara dan meneladani RA Kartini. …..[siska//indri]
+ komentar + 2 komentar
Keep writing mas bro :)
Terima kasih :)
Posting Komentar