Headlines News :
Home » » Pelajar Masa Kini

Pelajar Masa Kini

Ditulis oleh Unknown pada Kamis, 13 Juni 2013 | 07.02

Oleh: Abdul Hamid Muammar 

Hari senin adalah hari yang dibenci kebanyakan siswa, karena harus berseragam lengkap, panas-panasan, hormat grak sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya ditengah teriknya matahari. Padahal itu belum seberapa dibanding Pahlawan kita dulu. Kalau terlambat datang ke sekolah untuk mengikuti upacara, biasanya mendapatkan hukuman dua kali lipat lebih ampuh dari hari-hari normal. Bukan hanya menulis skripsi dengan pengulangan kalimat yang sama; “Saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan saya.” tapi juga akan mendapat jatah membersihkan kerak-kerak di setiap sudut toilet siswa dan guru.

Berat sama dipikul, mudah sama dicontekan. Hal yang sudah lumrah sejak jaman mbaheula. Saling memberikan jawaban satu sama lain. Dengan alasan yang bisa bermacam-macam, maka praktek kolusi-nepotisme seolah menjadi pelajaran pokok di sekolah. Ya, meski secara tidak langsung, tapi percayalah bahwa hal itu akan tertanam kokoh dalam pikiran bawah sadar manusia.

Saya jadi teringat dengan perkataan Mantan Gubernur DKI Jakarta yang aku liat di televizi kala itu, tepatnya MAN 13 Jakarta (timur), yang sempat dikunjungi Gubernur DKI sebelum menjalani UN 2011. Pak Fauzi Bowo mengatakan, “Jaman sekarang bukan jamannya contek-contekan. Itu adalah jamannya saya dulu.” Pernyataannya memang secara tak langsung mengatakan bahwa contek-mencontek sudah menjadi budaya bangsa yang wajib dipelihara demi keinginan luhur.

Melihat dari history dan keberlangsungannya sekarang, sepertinya budaya ini akan tetap langgeng diterapkan dalam aktifitas normal di sekolah. Kerap terjadi cinlok atau cinta lokasi di dalam sekolah. Kalau kata orang jawa “Witing tresno jalaran kulino”, Cinta itu tumbuh karena terbiasa (komunikasi & interaksi). Apalagi masa-masa sekolah adalah masa paling bergejolak bukan hanya mentalnya saja, banyak perubahan-erubahan baik fisik maupun psikis.

Asal orangtua menanamkan benih-benih kebaikan pada anak-anaknya sedari kecil, maka Insya Allah untuk melalui masa peralihan ini pun akan lebih mudah, tidak terombang-ambing, ikut-ikutan, ngekor, jadi bebek. Ikut-kutan tidak masalah, selama yang diikuti itu adalah hal-hal positif yang justru berpotensi untuk mendatangkan lebih banyak kebaikan.

90% siswa senang jika guru tidak hadir. 98% siswa pernah mengerjakan PR di sekolah. 50% siswa akan bangga jika berhasil melanggar aturan sekolah. Kebanyakan Siswa baru belajar malam jika ada ulangan besok. Ujian Nasional merupakan hal yang menakutkan. Siswa akan lebih dekat dengan Tuhannya jika Ujian Nasional sudah dekat. Dan siswa akan kembali ke wujud semula jika sudah melewati Ujian Nasional.

Demikian ini sedikit uneg-uneg saya yang sengaja saya tumpahkan dalam bentuk GORESAN TINTA. Sambil minum kopi dan koreksi hasil try out UN yang hasilnya sangat "HOROR SEKALI". Mungkin ada di antara Anda yang mesem ngguyu baca tulisan saya, tapi saya tahu bahwa tidak sedikit juga yang mencak-mencak dibuatnya. Tak mengapa, saya memahami para pembaca seperti halnya para pembaca juga memaklumi saya.

Bagikan :

Posting Komentar

 
Copyright © 2013. Gema Smawas - All Rights Reserved
Didukung oleh Blogger