Oleh: Budi Ismai, S.E.
Sekolah unggulan adalah program bersama seluruh masyarakat, yang tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, sekolah dan orang tua secara perorangan. Namun menjadi tanggung jawab bersama dalam peningkatan Sumber Daya Manusia Indonesia.
Sebuah anekdot yang menggelikan sekaligus menyakitkan pernah diutarakan oleh almarhum Gus Dur. Suatu hari pernah diadakan pameran berskala internasional. Dalam acara tersebut dipamerkan sekaligus ditawarkan ‘perwakilan’ berbagai jenis otak manusia dari seluruh negara, termasuk Indonesia.
Dari sekian banyak stan pameran, ternyata otak orang Indonesia yang paling diminati para pengunjung. Bahkan harganya paling mahal di-banding dengan ‘kontestan’ lain termasuk Cina, Jepang, Jerman dan negara-negara maju lainnya. Usut punya usut ternyata alasan para pengunjung lebih memilih otak orang Indonesia adalah karena ‘jarang dipakai’ sehingga relatif masih baru. Beda dengan otak orang Jepang yang sudah sering dipakai, sehingga barangkali sudah aus.
Indonesia nampaknya masih harus berlari kencang mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain dalam hal kualitas sumber daya manusia (SDM). Tidak terbantahkan lagi, ujung tombak dalam mengatrol kualitas SDM adalah pendidikan yang bermutu. Dan, sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan punya peran penting dalam mencetak generasi bangsa yang bernilai jual tinggi.
Sadar akan peran penting tersebut, sekolah kemudian saling berlomba untuk menjadi tempat belajar yang unggul. Maka sekarang di banyak tempat bermunculan sekolah unggulan -baik yang memang unggul secara kualitas maupun sekedar mengklaim dirinya unggul. Sehingga beberapa pakar pendidikan mempertanyakan definisi dari sekolah unggulan yang kemudian memunculkan konsep pengertian sekolah unggulan.
Tipe 1
Sekolah menerima dan menyeleksi secara ketat siswa yang masuk dengan kriteria memiliki prestasi akademik yang tinggi. Meskipun proses belajar-mengajar sekolah tersebut tidak luar biasa bahkan cenderung ortodok, namun dipastikan karena memilih input yang unggul, output yang dihasilkan juga unggul.
Tipe 2
Sekolah dengan tawaran fasilitas yang serba mewah, yang ditebus dengan SPP yang sangat tinggi. Konon, untuk sekolah dasar unggulan di Parung, Bogor uang pangkalnya saja bisa sekitar lebih dari 7 juta. Mahal? Tidak juga. Buktinya banyak yang sekolah di sana. Tidak mahal menurut mereka dibandingkan biaya sekolah di luar negeri, dan memang sekolah ini dibangun untuk membendung arus warga negara Indonesia yang ‘eksodus’ sekolah ke luar negeri.
Otomatis prestasi akademik yang tinggi bukan menjadi acuan input untuk diterima di sekolah ini, namun sekolah ini biasanya mengandalkan beberapa “jurus” pola belajar dengan membawa pendekatan teori tertentu sebagai daya tariknya. Sehingga output yang dihasilkan dapat sesuai dengan apa yang dijanjikannya.
Tipe 3
Sekolah ini menekankan pada iklim belajar yang positif di lingkungan sekolah. Menerima dan mampu memproses siswa yang masuk sekolah tersebut. Input siswa dengan prestasi rendah mampu menjadi lulusan (output) yang bermutu tinggi.
Dari ketiga tipe sekolah unggulan di atas, manakah yang benar-benar merupakan sekolah unggul ?
“Effective School”
Sekolah unggul adalah terjemahan bebas dari “Effective School”. An Effective School is a school that can, in measured student achievement terms, demonstrate the joint presence of quality and equity. Said another way, an Effective School is a school that can, in measured student achievement terms and reflective of its “learning for all” mission, demonstrate high overall levels of achievement and no gaps in the distribution of that achievement across major subsets of the student population.(effective schools research and the role of professional learning communities)
Ada beberapa faktor yang harus dicapai bila sekolah tersebut bisa dikategorikan sekolah unggul :
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Profesional
Kepala Sekolah seharusnya memiliki kemampuan pemahaman yang menonjol. Dari beberapa penelitian, tidak didapati sekolah yang maju namun dengan kepala sekolah yang bermutu rendah. Penelitian Standfield, dkk (1987) selama 20 bulan di Sekolah Dasar Garvin Missouri dan Gibbon (1986) di sekolah-sekolah negeri di Ohio selama tahun ajaran 1982/1983, keduanya menemukan bahwa peran kepala sekolah yang efektif dan profesional mampu mengangkat nama sekolah mereka sehingga mampu memperbaiki prestasi akademik mereka.
2. Guru-guru yang tangguh dan profesional
Guru merupakan ujung tombak kegiatan sekolah karena berhadapan langsung dengan siswa. Guru yang profesional mampu mewujudkan harapan-harapan orang tua dan kepala sekolah dalam kegiatan sehari-hari di dalam kelas.
3. Memiliki tujuan pencapaian filosofis yang jelas
Tujuan filosofis diwujudkan dalam bentuk Visi dan Misi seluruh kegiatan sekolah. Tidak hanya itu, visi dan misi dapat dicerna dan di-laksanakan secara bersama oleh setiap elemen sekolah.
4. Lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran
Lingkungan yang kondusif bukan berarti ruang kelas dengan berbagai fasilitas mewah. Melainkan lingkungan yang dapat memberikan dimensi pemahaman secara menyeluruh bagi siswa
5. Jaringan organisasi yang baik
Jelas, organisasi yang baik dan solid akan menambah wawasan dan kemampuan tiap anggotanya untuk belajar dan terus berkembang.
6. Kurikulum yang jelas
Memang sebaiknya kemampuan membuat dan mengembangkan kurikulum disesuaikan di tiap daerah bahkan sekolah. Pusat hanya membuat kisi-kisi materi yang akan diujikan secara nasional. Sedang pada pelaksanaan pembelajaran diserahkan kepada daerah dan tiap sekolah menyusun kurikulum dan target pencapaian pembelajaran sendiri. Diharapkan akan muncul sekolah unggulan dari tiap daerah karena memiliki corak dan pencapaian sesuai dengan potensinya. Seperti sekolah di Kalimantan memiliki corak dan target pencapaian mampu mengolah hasil hutan dan tambang serta potensi seni dan budaya mampu dihasilkan sekolah-sekolah di Bali.
7. Evaluasi belajar yang baik berdasarkan ketentuan untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran.
Bila kurikulum sudah tertata rapi dan jelas, akan dapat teridentifikasi dan terukur target pencapaian pembelajaran sehingga evaluasi belajar yang diadakan mampu mempetakan kemampuan siswa.
8. Partisipasi orang tua murid yang aktif dalam kegiatan sekolah.
Di sekolah unggulan di-manapun, selalu melibatkan orang tua dalam kegiatannya. Kontribusi yang paling minimal adalah me-mberikan pengawasan secara sukarela kepada siswa pada saat
istirahat. Pada proses yang intensif, orang tua dilibatkan dalam proses penyusunan kurikulum sekolah sehingga orang tua memiliki tanggung jawab yang sama di rumah dalam mendidik anak sesuai tujuan yang telah dirumuskan. Sehingga terjalin sinkronisasi antara pola pendidikan di sekolah dengan pola pendidikan di rumah.
Tom J Porkins, mahasiswa program doktoral di Harvard University meminta bantuan temannya, seorang konsultan manajemen dan pendidikan di Indonesia (Radar, 28 Juni 2010), untuk meneliti indikator-indikator sekolah unggul di Indonesia. Menurutnya, ciri-ciri sekolah unggul adalah sebagai berikut :
1. Sekolah tidak menerapkan tes masuk pada siswa barunya
2. Kemampuan akademik dan moral siswa barunya sangat beragam
3. Guru lebih banyak dituntut menjadi “agen perubah”, yaitu mengubah kondisi akademik dan moral siswa yang negatif menjadi positif.
4. Guru mengembangkan ke-mampuan para siswanya dengan cara yang berbeda-beda.
5. Gaya mengajar guru harus menyesuaikan dengan gaya belajar siswanya
6. Mengutamakan proses pembelajaran dibandingkan input siswa.
Sudah adakah di daerah kita yang memiliki sekolah dengan ciri-ciri yang diutarakan oleh Tom J Parkins di atas?
Dirangkum dari berbagai sumber
*) staf pengajar di SMA Walisongo Pecangaan
Potret Sekolah Unggulan
Ditulis oleh Unknown pada Kamis, 13 Juni 2013 | 00.56
Tulisan Terkait:
Label:
Artikel
Posting Komentar